Halaman

Monday, December 13, 2010

Kumpulan Esai "Sebutir Debu Saja"


Judul Buku: Sebutir Debu Saja

Jenis Buku: Kumpulan Esai
Penulis: DH Devita
Penerbit: Leutika Prio
Jumlah Halaman: 102hlm
Harga Buku: Rp 30.000,-

Dapatkan buku ini dengan memesan pada akun facebook Leutika Prio, ongkos kirim flat untuk Jabodetabek Rp 10.000,- dan untuk luar Jabodetabek Rp 15.000,-

Buku ini cukup istimewa buat saya, karena proses penulisannya mengalami jalan berlika-liku. Sebagian besar artikel di dalamnya saya tulis berdasarkan pengalaman sendiri atas berbagai hal yang cukup membekaskan berbagai perasaan. Sedih, marah, kecewa, sakit hati, namun juga sekaligus memberikan saya pelajaran-pelajaran penting setelahnya.

Dalam hati kecil kita, seringkali terbersit rasa tak enak atau malu ketika menyadari berbagai kesalahan yang selama ini mungkin pernah kita lakukan. Karena rasa tak enak itulah, manusia seringkali tak mampu mengakui kesalahannya sendiri dan kemudian berubah untuk memperbaikinya. Rasa tak enak itu sering menghalangi kejujuran hati untuk mengedepankan kebaikan daripada egoisme pribadi.

Sedikit pengalaman untuk bisa direnungi dan mengantarkan kita pada kejujuran hati dan keinginan untuk memperbaiki. Ini yang saya inginkan untuk terjadi pada diri saya ketika menuliskan macam-macam peristiwa menarik yang saya alami tersebut. Ini pula yang semoga bisa menjadi hikmah yang dibagikan kepada siapa saja yang membacanya. Sederhana saja. Semua yang tertulis dalam buku ini ibarat sebutir debu nasihat bagi kita semua. Manusia.

Thursday, December 09, 2010

Kumpulan Cerpen "Seribu Luka Ayie"



Judul: Seribu Luka Ayie
Jenis Buku: Kumpulan Cerpen
Penulis: DH Devita
Penerbit: Tres-F Publishing
Tebal Buku: 207 hlm
Harga: Rp 50.000 (buku bisa dibeli di http://www.nulisbuku.com)


Buku ini adalah buku kumpulan cerpen pertama saya. Beberapa cerpen di dalam buku ini pernah dimuat di majalah ALIA edisi tahun 2004-2006.

Menerbitkan kumpulan cerpen di masa sekarang ini, saat penerbitan buku kumpulan cerpen tampaknya sedang lesu, memiliki tantangan sekaligus resiko tersendiri. Tentu saja tantangan berat (antusiasme pasar) dan resiko (buku tidak laku) seperti ini sangat dihindari oleh penerbit-penerbit kenamaan di negara kita. Pun mereka yang belum menggapai kelas nasional pastinya lebih memilih untuk menerbitkan buku yang mengikuti arus permintaan pasar. Seperti misalnya novel percintaan untuk remaja atau dewasa, buku panduan ini-itu yang memang selalu digemari, atau buku cerita anak yang sekarang sepertinya sedang booming.

Tetapi seseorang yang gemar menulis, yang sedang belajar menulis dan menerbitkan karya, yang ingin karyanya dibaca sekaligus (semoga) bisa mencerahkan hati banyak orang, tentunya punya harapan besar untuk selalu bisa menerbitkan karyanya. Apalagi ketika buku berhasil 'terbit' dalam bentuk apapun, maka selain kebahagiaan yang dirasakan, penulisnya pun seperti mendapat suntikan semangat baru untuk terus melahirkan karya-karya lainnya.

Demikian pula yang saya rasakan ketika akhirnya memutuskan untuk menerbitkan kumpulan cerpen ini. Memilih penerbitan independen (mencoba, tepatnya) adalah salah satu upaya saya untuk meneguhkan semangat untuk terus menulis dan melahirkan karya baru. Kebetulan saja akhirnya buku Seribu Luka Ayie ini adalah percobaan pertama saya, sekaligus ingin menyuntikkan semangat yang sama pada teman-teman seperjuangan di Forum Lingkar Pena (FLP) wilayah Kalimantan Timur. Bukan hanya itu, ternyata akhirnya saya mendapatkan ide untuk membuat workshop sederhana yang melengkapi peluncurannya di Sangatta, Kutai Timur.

Judul buku ini saya ambil dari salah satu judul cerpen dalam buku tersebut: Seribu Luka Ayie. Cerpen ini terinspirasi dari pengalaman saya ketika pada tahun 2000-2002 menjadi praktikan di Pusat Krisis Terpadu RSCM, sebuah lembaga penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Cerpen-cerpen lainnya bertema sama: perempuan. Lika-liku perjalanan hidup seorang perempuan dengan berbagai latar kehidupan, yang tidak melulu berbicara mengenai kebahagiaan. Perempuan-perempuan yang kisah hidupnya mungkin mewakili dari apa yang kita alami sekarang ini.

Cerpen Ayyasy Kecil adalah favorit saya. Dimana ketika menuliskannya saya belum lagi menikah, apalagi mempunyai seorang anak. Tetapi kekuatan dari si 'ibu' dalam cerpen itu merupakan cita-cita terpendam saya, bahwa seberat apapun kehidupan yang dijalani, tetaplah ibu adalah surga bagi anaknya.

Yang Terlupakan merupakan kisah masa silam yang pernah saya alami, sebagiannya. Ia mewakili kerinduan saya pada beberapa orang yang namanya saya samarkan dalam kisah tersebut. Lalu cerpen Senja di Kuta, adalah sedikit memori yang saya bawa ketika pertemuan keluarga besar di Denpasar sekitar lima tahun lalu berlangsung, diramu menjadi sebuah peringatan kecil tentang kejadian tragis bom Bali.

Tampaknya memang keseluruhan isi buku ini mewakili jiwa saya. Yang selalu ingin memperoleh ketegaran dan semangat baru dari apa saja yang mampir dalam kehidupan saya maupun orang lain.


Klik link berikut untuk mendapatkan bukunya:

http://www.nulisbuku.com/books/view/seribu-luka-ayie