Halaman

Friday, June 26, 2009

Biarpun Berkali-kali Jatuh

Pernahkah Anda menemukan seseorang yang begitu pesimis menghadapi kehidupannya? Dan ia yang hampir selalu memiliki pandangan negatif terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya?
Saya mengenal seseorang yang seperti itu. Hampir di sepanjang hidupnya, ia mengalami kejadian-kejadian buruk yang begitu menyakitkan hati. Hubungan saya dengannya bisa dikatakan cukup dekat, hingga saya seolah bisa merasakan sendiri pedihnya mengalami peristiwa-peristiwa tersebut. Bagaimanapun, saya tidak akan pernah bisa merasakan langsung perasaannya. Saya hanya bisa mencoba untuk mengerti, bahwa di setiap sikap pesimisnya, tersimpan amarah akan hal-hal buruk yang menimpanya. Sekaligus kesedihan karena ketidaksanggupan untuk mencegah hal-hal buruk itu supaya tidak terjadi, dan juga rasa malu yang kini ditanggung atas bad ending yang ia jalani. Menyedihkan, bukan?
Kehidupan ini seperti roda yang berputar, begitu kata orang. Kadang ia membawa kita ke atas, lalu ia berputar ke bawah. Kadang terhampar kemudahan, namun selanjutnya bisa pula badai menghadang. Dan sebagai seorang manusia yang lemah ini, kita seringkali terjebak akan ‘lubang-lubang’ keangkuhan dan keserakahan apabila kesenangan yang sedang digenggam. Atau kita seringkali terjerembab masuk ke dalam jebakan keingkaran dan kelalaian saat menerima kesedihan. Tak pernah ada puasnya. Hidup memang tempatnya salah dan lupa, tempatnya belajar dan berusaha, tempatnya kegagalan, dan sekaligus tempat manusia berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik atau berpasrah diri menjadi yang terburuk tanpa upaya apapun. Semua tergantung apa yang kita pilih.
Kadang kita sering bertanya, mengapa si anu yang tampaknya biasa-biasa saja ibadahnya bisa selalu merasa senang dalam hidupnya? Bukankah Sang Pemilik Jiwa mencintai orang-orang saleh yang rajin memanjatkan doa serta beribadah dengan segenap jiwa? Bukankah keimanan yang menghujam dalam dada ini sanggup mendobrak penghalang apapun dan menumbuhkan semangat juang berkali-kali lipat dari yang lainnya?
Memang. Tetapi di balik setiap peristiwa pasti terkandung pelajaran dari-Nya. Ada rahasia-rahasia hidup yang tak disingkap, yang akan menguji sejauh mana kesetiaan kita sebagai seorang hamba.
Seseorang yang saya sebutkan di atas, mungkin saja memiliki sikap yang demikian karena mengalami kepahitan hidup yang telah membuatnya jatuh berkali-kali. Orang lain yang melihat dari luar mungkin akan menganggapnya rapuh, tak punya pendirian, pesimistik, tak punya semangat hidup, dan penilaian negatif lainnya. Sedangkan mereka tak benar-benar mengetahui apa saja yang pernah ia alami. Apa yang membuatnya berkali-kali mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. Dan apa yang ia lakukan setelah berkali-kali jatuh. Tidak banyak yang tahu.
Tetapi biasanya, seseorang yang telah mengalami berbagai kesulitan dalam hidup, akan bisa bersikap lebih dewasa dan bijak dalam menanggapinya. Dan pastinya ia memiliki hati yang lebih tegar, karena terbiasa tertoreh rasa sakit. Biarpun berkali-kali jatuh, dengan iman di dada, ia pasti akan kembali bangkit.
Kesedihan dan kepedihan sebesar apapun, bila kita senantiasa mengingat bahwa hanya Allah Yang Maha Menentukan segala sesuatu, niscaya yang tertinggal dalam hati adalah keikhlasan untuk menerima. Dan prasangka baik bahwa memang apa yang terjadi adalah yang terbaik untuk diri kita saat ini. Bukankah Sang Pencipta tak akan pernah menzalimi hamba-hamba-Nya?
Di setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Insyaallah.

1 comment:

reflection said...

Assklm wr wb....

Bunda Firna....
aQ kozi..... Lam knl.

Smga tmn mb baek2 ja....

Berasa itu ak jg lho mba....

Mkasi uda boleh mampir d blog mb...