Halaman

Friday, January 14, 2005

The Deadliners

Judul di atas sebenarnya saya hadiahkan untuk sebagian orang yang gemar mengerjakan tugas-tugas di akhir waktu yang telah ditetapkan. Kalau bagi para mahasiswa menjelang ujian semesteran, istilah yang kerap kali menempel adalah 'SKS', alias Sistem Kebut Semalam. Apanya yang dikebut? Ya, belajarnya. Hanya belajar ketika ujian segera tiba. Selain hal tersebut dilakukan karena malas, faktor lain yang menjadi alasan adalah perasaan "seru" yang ditimbulkan saat diri ini musti tergesa-gesa mengerjakan tugas di kala waktu mepet, atau perasaan berdebar yang tak karuan kala menyadari bahwa masih banyak bahan kuliah yang belum dipelajari. Saat menjadi seorang mahasiswa, terus terang, saya jarang mengalami kondisi tersebut. Mungkin pernah, untuk beberapa mata kuliah tertentu. Rasanya, ada sensasi tersendiri ketika mempraktekkan kebiasaan buruk ini...menjadi The Deadliners. Walau sepertinya saya tak pernah terbiasa melakukannya.

Fase berikutnya, menjadi pekerja kantoran. Saya memulainya dengan harapan bahwa akan menemukan suasana yang berbeda dari kampus. Bekerja di kantor, menjadi pegawai sebuah perusahaan, pakaian rapi, kerja profesional, banyak menemukan pengalaman, dan yang paling penting...susana yang berbeda! Walaupun hitungannya tetap saja jadi "kuli". Bekerja, membuat laporan, dapat gaji. Berulang setiap bulan. Monoton memang, tetapi saya menyukainya. Entah kenapa, mungkin karena mengejar status. Bila ditanya orang, "Kegiatanmu sekarang apa?" Saya akan jawab, "Kerja," bukan lagi, "Kuliah," berbeda.

Mengharapkan peningkatan alias Self Improvement ketika menjalani aktivitas sebagai seorang karyawan, tentu hal yang tidak asing. Saya sendiri, selalu mengharapkan hal itu terjadi pada diri saya, di manapun saya bekerja. Sejujurnya, sewaktu masa sekolah dan kuliah dulu, saya adalah seorang yang cukup rapi dalam mengatur jadwal. Bahkan kadang nyaris terlalu rapi, sampai menjengkelkan teman-teman saya yang lain yang tidak terbiasa dengan itu. Dalam hal mengerjakan tugas-tugas, teman-teman selalu berkomentar bahwa saya selalu dapat mereka andalkan ketika sekelompok dengan saya. Saya dikenal sebagai seorang yang punya disiplin waktu yang lumayan baik, pun dalam hal pengerjaan tugas-tugas. Walau kadang bisa juga malas dan tidak teratur, tetapi itu jarang.

Self Improvement itu menjadi salah satu motivasi yang selalu mendorong saya untuk selalu mencari tempat bergaul yang baru, dan selalu mempelajari sesuatu di sana. Selepas kuliah, saya mencarinya di tempat manapun saya bekerja.

Suatu kali, saya bekerja di sebuah perusahaan. Rasanya perusahaan itu adalah tempat idaman yang selama ini saya cari. Saya sangat menyukai pekerjaan saya. Walau tidak memenuhi semua kriteria tempat bekerja idaman, tetapi saya menemukan banyak sekali hikmah dan pelajaran yang rasanya bisa meningkatkan kemampuan diri saya. Itu pikiran saya pada awalnya.

Setelah bekerja selama 5 bulan, tiba waktunya membuat laporan akhir tahun, dan sibuklah saya. Pekerjaan yang tadinya cukup saya nikmati, mulai mendatangkan kesulitan-kesulitan yang sepertinya sudah saya duga sebelumnya. Pengamatan akan kinerja sebagian karyawan yang rupanya sudah terbiasa dengan pola kerja mereka masing-masing selama bertahun-tahun. Entahlah, itu hanya pengamatan sesaat rasanya.

Saya sudah membayangkan, bahwa akan menyiapkan diri yang sebaik-baiknya untuk menghadapi rapat tahunan di kantor. Bersemangat. Itu yang saya rasakan. Entah disebabkan karena saya memang sangat suka mengikuti rapat-rapat, atau memang saya ingin mengetahui lebih luas mengenai perusahaan yang baru beberapa bulan menjadi rumah kedua saya.

Minggu kedua awal tahun baru, dan saya masih saja disibukkan dengan tumpukan kertas bekas print-out program kerja yang harus disimpan sebagai 'used paper' sebab masih banyak yang perlu diperbaiki. Rapat kerja yang terlaksana pekan sebelumnya terpaksa diulang kembali di pekan kedua ini, sebab bisa dikatakan sebagian besar program kerja yang telah dipresentasikan tidak sempurna dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Seingat saya, sebulan yang lalu, saat ide rapat kerja itu dilontarkan oleh pimpinan perusahaan, kami semua sudah diingatkan untuk membahas program tiap divisi secara bertahap. Seingat saya, kesepakatan itu didengar oleh hampir semua karyawan, dan kami sepakat untuk mengoptimalkan bulan kedua belas tahun lalu untuk membahas program, sehingga rapat kerja nanti bisa berlangsung cepat.

Dan saya menemukan kembali sensasi itu kali ini. Di tempat idaman saya ini. Saya, dan teman-teman lain di kantor yang berkutat dengan setumpuk program kerja yang entah telah terbahas dengan baik, entah tidak. Saya mengulangnya kembali, menjadi The Deadliners.

*hadiah untuk semua*

4 comments:

bhowo said...

waah, jadi kesindir nih... :D

DH Devita said...

to bhowo,

kesindir toh? hehehe...alhamdulillah kalo gitu.

Anonymous said...

Ehmmm....kadang jadi Deadliner itu asik coz kita jd fully encourage to finsih the job, but jgn keseringan nanti jadi habit, tapi kalo kasus ente mgkn gara2 ada "DeadLine" yg lain kali ye......

DH Devita said...

wah...deadline yang atu lagi? itu mah gak ngaruh deh ah...hehe