Halaman

Tuesday, January 20, 2009

Kehilangan

Kehilangan seseorang, apalagi jika ia selalu bersama-sama denganmu selama ini, memang sungguh membuat hati ini perih. Walaupun rasa kehilangan itu bisa saja dirasakan oleh siapa saja, tapi jika diri kita sendiri yang mengalaminya, rasanya berjuta-juta kali perihnya.

Saya merasakannya kira-kira setahun ini. Dia tadinya begitu dengan diri saya. Kami seringkali menghabiskan waktu berjam-jam mengobrol tentang bermacam hal. Hal-hal yang ingin ia ketahui dari saya, hal-hal lucu dan menyenangkan yang kami pernah alami bersama, sewaktu kami berada di dalam perjalanan, di meja makan, di ruang keluarga, di mana-mana.

Waktu itu, sebuah SMS yang ia kirimkan mengejutkan saya. Ia menyatakan bahwa ia akan memilih kehidupan yang lain. Ia sudah memutuskan sesuatu yang menyakiti hati saya, ia bilang bahwa ia tidak akan menjauh dari saya dan kami akan tetap bersama. Itu semua bohong. Saya sungguh mengerti bahwa apa yang ia pilih membuahkan konsekuensi yang begitu berat bagi kami. Sanggupkan ia menanggungnya? Waktu itu saya begitu marah padanya, dan saya menyatakan bahwa ia harus bersiap diri jika saya yang memilih untuk menjauh darinya. Ia, dengan emosi yang entah apa, menyatakan hal yang serupa. Saya tak peduli. Keputusannya untuk meninggalkan kami adalah sesuatu yang harusnya ia pahami sebagai cara untuk menjauhkan kami satu sama lain.

Hingga saat ini, ia berulang kali mencoba menghubungi saya, mencoba memperbaiki hubungan kami yang telah rusak, tapi luka itu sudah terlalu dalam ia torehkan. Yang ia perbuat dulu sebelum pergi adalah hal yang sulit saya maafkan. Kini, ketika saya diam-diam membaca apa yang ia tuliskan tentang keadaannya di sana, saya merasakan kerinduan. Perasaan marah dan kesal berulang-ulang melanda hati saya. Tapi sekali lagi, dengan segenap kekuatan hati, saya hapus. Begitu berkali-kali. Dan saya berusaha tak memedulikannya.

Sejak ia menyatakan niatnya untuk pergi dulu, saya sudah menyadari sepenuhnya dalam hati saya, bahwa saya telah kehilangan dirinya.

[ditulis untuk KLUB FLP Sengata tgl 18 Januari 2009, truly from my heart...]

4 comments:

Anonymous said...

ikut berduka cita.
semoga diberi kekuatan untuk melangkah keluar dari kesedihan.

anna rainsakina said...

Perasaan sedih, menyesal dan hati yang luka karena kehilangan sesuatu yang berharga berat rasanya, namun tanpa disadari ada hal indah yang pastinya ditinggalkan
Tetap semangat Bunda...
Pasti ada hikmah yang dapat diperoleh
^_^,

DH Devita said...

makasih semua...
ya, kesedihan selalu terlarut jika kita tidak menatap ke masa depan :)

kiki Anastasia said...

Wah.. yang Bunda Rasain dulu sedang menimpa saya, tanpa alasan, dengan hitungan jam tiba2 semua berubah... rasanya sperti kejatuhan langit.. entahlah..
tapi sekarang saya hanya terus berdoa dan berdoa untuk diberi kelapangan hati dalam menerima semua ini..

Bener kata Bunda.. yanmg masih tersisa adalah kata kesal, marah dan kecewa meski sebenarnya seringkali kerinduan itu datang tiba2..
tapi alangkah lebih baiknya jika kita tidak kembali dan bener2 terlepas dari smua itu dan lebur dengan kebahagiaan lainnya di depan sana..

SEMANGAT... ^_^
wassalam
salam kenal ya, Bunda..
Kiki Anastasia