Halaman

Saturday, April 25, 2009

Desau Angin Maastricht


Category:Books
Genre: Romance
Author: DH Devita
Judul: Desau Angin Maastricht
Penulis: DH Devita
Penerbit: Lingkar Pena Publishing House
Tebal: 250 Hal.
Terbit: Februari 2009


DH Devita adalah seorang penulis yang kini berdomisili di Sengata, Kutai Timur. Ia tergabung dalam kepengurusan Forum Lingkar Pena (FLP) sejak tahun 2004, dan kepindahannya ke Sengata membawanya untuk menjadi bagian dari FLP cabang Sengata sejak tahun 2006. Buku pertamanya diterbitkan tahun 2007 (Bercermin pada Hatimu, Pro U Media) dan pada tahun yang sama menyusul buku kedua (Sebab Cinta Tak Kenal Waktu, AFRA Publishing) yang ditulis duet dengan Rien Hanafiah, penulis asal Sengata juga.

Buku Desau Angin Maastricht adalah novel pertamanya. Sebuah cerita roman khas anak muda tetapi sarat dengan hikmah yang terkandung di dalamnya. Latar cerita bertempat di Maastricht, Belanda, adalah salah satu hal yang menjadikan novel ini menarik untuk dibaca. Sebab mungkin tak banyak penulis yang menampilkan kota kecil di negeri kincir angin itu dalam tulisan mereka. Mengambil latar di luar dari jangkauan penulis adalah satu tantangan yang bisa dikatakan cukup berat, sebab membutuhkan penelitian kecil untuk menjadikannya tampak nyata di mata pembaca. Dan hal ini pula yang menjadi daya tarik yang kuat atas novel ini, mengingat tren penulisan sekarang mengarah pada literatur berbau ‘jalan-jalan’.

Arin, tokoh utama dalam buku ini, adalah seorang mahasiswi pasca sarjana yang melanjutkan studi di Universiteit Maastricht, Belanda. Ia memutuskan untuk mencoba peruntungan dengan mengirimkan aplikasi beasiswa pasca sarjana ke NEC (Netherlands Education Center), dan ternyata diterima. Dina, sahabat Arin di kampus, banyak membantu Arin dalam mempersiapkan kepergiannya ke Maastricht, termasuk meminjamkan sejumlah dana yang diperlukan. Dina memahami betul keinginan Arin untuk meneruskan kuliah sekaligus mencari pengalaman baru di luar negeri. Namun yang paling terbaca dari niat tiba-tiba Arin itu adalah kejadian yang Arin alami beberapa saat sebelum ia memutuskan untuk mengirimkan aplikasi ke NEC. Yaitu peristiwa dimana Arin mengetahui yang sebenarnya perasaan Dodi, sosok lelaki yang tadinya sangat ia harapkan.

Berada di Maastricht sama dengan menyepi dan menghindarkan diri dari seorang Dodi, sekaligus menjadi momen panjang kontemplasi diri bagi Arin. Masalah yang selama ini dipendam dalam, menguak perlahan. Perjumpaannya dengan berbagai tipikal orang di Unimaas justru menjadi pembelajaran berarti bagi keterbukaan diri Arin, dan membangkitkan kesadaran akan adanya permasalahan lain yang lebih besar yang ada di sekitarnya. Maria, gadis Spanyol teman sekamar Arin, menyadarkannya untuk mensyukuri keluarga yang ia miliki selama ini. Mengenal Niema, gadis asal Maroko, membawa gairah baru yang menyadarkan Arin akan pentingnya sebuah kepedulian akan Islam. Arin menyadari bahwa persoalan apapun yang selama ini mengganggunya tak berhak membuatnya menjadi seorang yang paling menderita. Dan bersikap menghindari masalah tidak akan menyelesaikan apapun dari masalah tersebut.


Konflik percintaan dalam buku ini memang tak berakhir happy ending, seperti yang mungkin diharapkan banyak pembaca. Karena memang inti utama cerita bukanlah pada urusan cinta antara Arin dengan Dodi. Hal lain yang ingin ditonjolkan penulis adalah tentang bagaimana kita memaknai cinta, yang memang sangat tergantung pada apa yang menurut diri kita penting dalam kehidupan yang dijalani. Memantapkan hati dalam menjalani sebuah keputusan pun menjadi hal yang menyulitkan jika kita tidak menyadari betapa besar arti hidup kita bagi orang lain, atau sebaliknya.

Penulis tampaknya ingin memberi pesan bahwa ketika kita melihat dunia luar dengan lebih luas, akan tampak banyak hal yang lebih penting daripada hanya sekadar urusan cinta yang belum pasti ujung pangkalnya. Dan hal-hal tersebut di antaranya adalah persahabatan dan kepedulian akan lingkungan sekitar.

Untuk sebuah novel percintaan, sepertinya Desau Angin Maastricht tidak mampir di dunia penerbitan hanya untuk menambah deretan bacaan cengeng dan membuai perasaan saja. Walaupun ada beberapa kekurangan, seperti sinopsis cerita di sampul belakang buku yang kurang mewakili isi buku yang sebenarnya, dan beberapa hal teknis lain, secara keseluruhan buku ini sangat menarik untuk dibaca.

No comments: