Halaman

Saturday, April 25, 2009

Tutup Mulut, Buka Telinga

Bagian penting dalam sebuah masyarakat adalah adanya keteraturan. Dan untuk mencapai sebuah keteraturan pastinya perlu kesepakatan yang dicapai dengan jalan terbaik yaitu: musyawarah. Saya meyakini benar hal itu, dan memang seperti itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam lingkup masyarakat terkecil saja kita diajarkan untuk bermusyawarah. Misalkan dalam hal merencanakan pendidikan bagi anak, orang tua pastinya bermusyawarah terlebih dulu untuk memutuskan akan menjalankan pola pendidikan seperti apa di rumah, akan menyekolahkan anak di mana, dan sebagainya. Dalam lingkungan kerja, sudah pasti sekian pertemuan penting dilakukan untuk menentukan langkah bisnis. Atau bila kita sedang berbelanja di pasar, tentunya proses tawar-menawar merupakan bagian dari musyawarah antara kita dengan pedagang untuk mencapai harga yang disepakati.

Jadi, sepertinya tidak ada satu bagianpun dalam kehidupan manusia yang luput dari hal ini. Menjalankannya memang merupakan sebuah keharusan, jika kita ingin mendapatkan solusi menang-menang atas segala permasalahan yang dihadapi.
Saya sendiri merasakan betul pentingnya musyawarah ketika saya menjalankan amanah di beberapa organisasi yang pernah saya ikuti. Membuka telinga lebar-lebar untuk mendengarkan. Dan menutup mulut rapat-rapat untuk kritik atau perintah yang mungkin belum tepat waktunya untuk dikeluarkan. Sulit. Sulit sekali. Tetapi teori tidak boleh berhenti sampai di dalam kepala dan mulut saja, menjalankannya adalah tantangan sekaligus juga keharusan.

Saya kemudian membayangkan, apabila sebuah forum harus memutuskan sebuah perkara penting kemudian mengeluarkan keputusan tanpa adanya musyawarah alias hanya omong-omong sambil lalu dan menetapkan begitu saja hasil akhirnya. Apa yang akan terjadi? Demikian pula dengan seorang pemimpin yang tak peduli dengan saran serta kritikan dari anak buahnya, sehingga misalnya dalam forum tersebut ia dengan kerasnya menekankan bahwa apa yang ia rencanakan maka itulah yang terbaik dan harus dilaksanakan. Berusaha tampak tegas, tetapi yang terjadi malah sikap keras. Seperti membangun tembok tinggi antara dirinya dan bawahannya. Bukankah sikap tersebut tak akan menimbulkan rasa cinta dan dukungan dari yang dipimpin? Bisalah kemudian dihitung waktu kehancuran dari organisasi tersebut. Sebab sikap diam dan penurut dari bawahan bisa jadi tercipta karena rasa tertekan dan ketidakrelaan yang tak tersampaikan. Menyedihkan.

Bermusyawarah berarti meminta kesediaan dari setiap anggota musyawarah untuk memberikan sumbangsih pikirannya, mendiskusikan mana yang baik dan mana yang beresiko, mencoba mencari jalan tengah dari sekian pendapat, dan yang terutama adalah bermusyawarah berarti menyediakan tempat serta kelapangan hati untuk mendengarkan pikiran orang lain. Sebab manusia selalu membutuhkan tempat untuk mencurahkan pikirannya. Sebab manusia selalu butuh untuk didengarkan pendapatnya.

Bukankah indah apabila setiap orang merasakan haknya terpenuhi dengan diberi kesempatan untuk berbicara lalu dihargai pendapatnya? Dan sungguh indah bila setiap orang mau menutup mulutnya rapat-rapat dahulu untuk membuka lebar kedua telinganya mendengarkan yang lain. Yang akan terjadi adalah kita semua akan lebih saling mengerti, dan kemudian mendapatkan berbagai sudut pandang yang akan memperkaya.
Ini sebuah hal yang sulit, namun bukan berarti tak mungkin dilakukan. Karena Allah dan Rasul-Nya telah memberikan ajaran bagi manusia terhadap hal yang memang dibutuhkannya.

No comments: