Halaman

Saturday, April 25, 2009

Biarkan jadi Berbeda

Setiap diri kita punya keunikan masing-masing. Dan rasanya tidak ada seorang pun yang ingin dirinya dibanding-bandingkan dengan orang lain. Menjadi diri sendiri, dengan menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada, mungkin akan lebih sulit dibandingkan melihat apa yang ada pada orang lain kemudian memujinya, atau bahkan melecehkannya.

Menjadi diri sendiri dan memiliki rasa percaya diri untuk itu, entah kenapa menjadi suatu hal yang membutuhkan perjuangan keras untuk mencapainya. Sebab kini sudah begitu banyak orangyang merasa “senang” menjadi orang lain. Menjadi seseorang yang bukan dirinya yang asli. Supaya juga dipandang hebat oleh orang lain yang melihat, supaya mendapatkan sebuah penghormatan yang sama, tidak bisa menerima perbedaan yang ada. Berusaha terlihat bagus di hadapan orang lain, sama saja menipu. Tidak percaya dengan diri sendiri, dan tidak menghargai keunikan yang diri kita punya. Bukankah akhlak yang baik itu muncul tanpa direkayasa?

Saya teringat sebuah percakapan ringan antara saya dan teman baik saya. Waktu itu ia mengeluhkan beberapa hal yang sepertinya sama dengan apa yang ada di pikiran saya. Kemudian saya berkomentar: “Entah kenapa, akhir-akhir ini orang-orang yang saya kenal berubah jadi aneh.” Dan ia menanggapi dengan sebuah tulisan yang isinya mengatakan bahwa berbeda itu unik, dan unik itu seni.
Saya tersenyum membacanya. Menarik sekali kesimpulan yang diberikan teman saya itu. Kalau setiap orang berbeda, maka setiap orang itu unik, dan setiap orang berarti memiliki nilai seni tersendiri. Sepertinya saya setuju dengan kalimat tersebut. Dengan begitu, kita akan belajar menghargai setiap perilaku yang berbeda yang ditampakkan oleh orang lain. Tidak malah menghujatnya dengan penilaian macam-macam, walaupun apa yang mereka lakukan itu tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Memang, untuk apa berharap macam-macam pada seorang manusia yang tidak kuasa memberikan apapun untuk kita? Bukankah Yang Maha Pemberi itu adalah Allah?

Seperti halnya ketika kita sedang terlibat dalam sebuah forum musyawarah. Dari sekian kepala yang hadir, sangat mungkin masing-masing membawa pikiran yang berlainan. Karena memang setiap individu berasal dari lingkungan dan pemahaman yang berbeda satu sama lain. Jadi, tak mungkin dipaksakan sama. Jikalau ada yang memaksakan untuk sama, rasanya sungguh egois dan otoriter sekali. Yang bisa dilakukan adalah saling berargumentasi, mengutarakan alasan-alasan yang logis, kemudian mencari jalan keluar atau solusi yang terbaik dari semua pendapat yang ada. Merangkul yang bawah dulu, baru kemudian memutuskan. Itu kan lebih baik.

Memang setiap manusia pasti berbeda. Siapapun dia, bagaimanapun kedudukannya, berapapun banyak hartanya, ia akan menjadi berarti di hadapan Allah jika perbedaan itu membawanya kepada keimanan yang tinggi. Bukankah Allah hanya menilai ketakwaan seseorang?

Maka sebaiknya kita tak repot-repot mencari-cari kesalahan orang lain karena merasa ia berbeda dengan diri kita. Cukuplah di akhirat kelak Allah Yang Maha Kuasa yang menilainya.

No comments: