Halaman

Friday, February 22, 2008

As a Mom ...

As a Mom ... Siapa sih yang nggak panik dan super cemas ketika anak sakit?

Sekitar dua minggu lalu, Firna sakit. Awalnya pilek, meler terus, dan akhirnya jadi batuk berdahak yang lumayan mengkhawatirkan. Tidur malam selalu terganggu, dan jadi agak rewel, walaupun tetep lincah ke sana ke mari. Saya hampir-hampir nggak tahan mendengarnya selalu terbatuk-batuk, dengan wajah sedikit terlihat kesakitan.

Keputusan bulat, konsultasi ke dokter anak yang konon kabarnya 'killer' alias ditakuti para ibu. Tapi juga sama banyaknya dengan yang merekomendasikan, karena pengalaman yang sudah lama dan banyak yang cocok. Saya nggak tahu, katanya untuk urusan dokter anak biasanya cocok-cocokan. Yang jelas, dengan dokter spesialis anak yang sebelumnya Firna 'nggak cocok'. Kalau memang itu istilahnya. Kenapa? Setiap kali sakit, obat-obat yang diberikan 'nggak ngaruh'. Setidaknya itu pemikiran saya.

Jadilah Firna ke dokter baru ini. Kesan saya? Nggak 'killer' sama sekali. Memang tegas, kalau bicara langsung pada pokok masalah, tapi sangat mendetail menjelaskan bila ditanya maupun tidak, dan cerewet mewanti-wanti para ibu untuk senantiasa disiplin memberikan obat. Reaksi Firna? Gembira ria mendapati ruangan dokter yang penuh mainan bergelantungan, walaupun nangis juga.

Minggu pertama lewat, obat habis, kontrol lagi, sudah ada perbaikan walaupun lendir masih banyak. Harus dijemur, disiplin obat, banyak makan. Syarat pertama, ini yang susah. Matahari nggak mau kompromi. Giliran udah siap di luar, malah ngumpet dan mendung jadinya. Giliran siap, taunya hujan. Paling hanya beberapa kali. Minggu pertama Firna sakit, saya benar-benar cemas setiap hari. Syarat kedua, disiplin obat, alhamdulillah terlewati, dibantu suami tercinta, walaupun harus menghadapi Firna menjerit-jerit karena obatnya pahit sekali. Syarat ketiga, banyak makan? Jawab saya: "Jangan khawatir, Dok, Firna tukang makan."

Tadi pagi baru aja kontrol terakhir sebelum obat habis. Batuk sudah hilang, dan lendir tidak kedengaran lagi, walaupun sesekali ada. Katanya kalau masih batuk sampai 3 kali berobat dengan antibiotik, harus fisioterapi dan tes darah. Bayangan saya udah ke mana-mana. Saya sampai searching soal ISPA, bronkitis, dan sebagainya. Mereka-reka gejala apakah yang mirip dengan kondisi Firna. Dan ketika saya ceritakan ke si dokter, beliau cuma cengar-cengir nggak menanggapi. Artinya, saya terlalu cemas. Cemas berlebihan.

Alhamdulillah, kontrol tadi pagi berlangsung singkat. Kondisi fisik bagus, katanya. Dan saya semakin bersemangat masak macem-macem untuk nasi tim Firna, yang selalu dimakan lahap (walaupun kadang 'dilepeh' sambil ketawa-ketawa).

As a mom ... tingkah saya yang memperlakukan Firna seakan-akan sakit parah dua minggu kemarin, rasanya udah sepantasnya ya. Karena kalau ada sesuatu yang buruk terjadi (na'udzubillah...) saya akan sangat merasa menyesal tidak berbuat semaksimal mungkin untuk kesembuhannya.

Alhamdulillahi robbil 'alamiin ...

No comments: