Beberapa bulan belakangan ini, saya menyadari betapa tak berdayanya kita ketika Allah telah berkehendak untuk mencabut, mengambil kembali apa-apa yang telah kita sangka menjadi milik kita di dunia. Padahal sesungguhnya, semua itu adalah sepenuhnya hak-Nya. Tak patut kita berkeras menahan, sebab semua yang ada di sisi kita saat ini, adalah hanya titipan sementara saja. Harta benda yang telah kita upayakan, keluarga yang senantiasa kita jaga, teman-teman yang berada di sekitar kita, orang-orang yang kita kasihi, semua itu Ia berikan sebagai nikmat sekaligus ujian di dunia. Akankah kita menjaga semua itu dengan baik, untuk kemudian kita kembalikan dengan ikhlas kepada-Nya, bila Ia telah menghendaki. Sungguh amat sulit menjadi orang-orang yang ikhlas akan segala ketentuan-Nya.
Semalam, satu lagi kedukaan yang menyelimuti diri saya, dan pasti juga bagi mereka yang telah mengenal sosoknya. Seorang pria bijak, yang tak pernah lepas dari senyum ramah serta kalimat indah yang selalu mengalir dari tuturnya, yang selalu berhasil menyentak diri ini yang telah lalai dari mengingat-Nya. Setiap kali saya berkesempatan menikmati saat-saat menjumpainya, saat menikmati kajian-kajian yang selalu berkesan dibawakannya, saat
Bagaimana bila satu per satu orang-orang saleh dijemput dari bumi ini menuju-Nya?
Ketika itu, semakin berkuranglah pada
Suatu kali, saat saya berkesempatan untuk membaca sebuah buku yang menceritakan mengenai tanda-tanda menjelang hari kiamat, saya tak bisa menahan kengerian yang seketika merayapi sekujur tubuh saya. Setiap detil yang telah saya baca, menambah kengerian itu. Hingga pada tengah buku, saya bergidik dan langsung menyadari bahwa hampir semua yang disebutkan pada buku tersebut telah terbukti terjadi.
Hari ini, sekian banyak orang telah merasa kehilangan sekali lagi. Tak ada yang akan pernah bisa melupakan sosoknya. Seorang saleh itu. Selamat jalan, ustadz....
No comments:
Post a Comment