Halaman

Monday, August 08, 2005

Bagaimanapun, Syukurilah...

Pagi ini saya lewati dengan aktivitas seperti biasa. Hm...sebenarnya ada yang spesial, karena (lagi-lagi) saya harus berpisah dengan suami yang akan tugas audit ke luar kota, sampai tiga minggu dari sekarang. Fiuhh....

Bangun, sholat subuh berjamaah, dan meregangkan otot sebentar sambil tidur-tiduran, sebelum bersiap-siap untuk bikin sarapan. Hm...masak apa ya? Sebenarnya sudah ada rencana sejak semalam, pokoknya harus sarapan di rumah. Dan harus spesial, karena ia akan pergi jauh. Ada sisa nasi di rice cooker, sosis di freezer, bumbu dapur, telur tinggal sebutir... ha! Bikin nasi goreng sosis! Dengan bumbu favorit saya: cabe merah dan cabe hijau besar...hmm...pedas! Walau tak pakai bumbu instan untuk nasi goreng, tapi ramu-ramu sendiri juga bisa. Saya tersenyum-senyum...rupanya kompor dan penggorengan sudah jadi teman baik saya selama sebulan ini.

Suami salah seorang teman baik saya pernah berkomentar,"Kok si Vita bisa ya tinggal di situ?"

Komentar itu ia lontarkan pada istrinya tepat setelah mereka berkunjung ke kontrakan saya.




Tanggal 22 Agustus nanti, sudah 7 bulan saya menikah. Ups...sudah? Atau 'baru' mungkin tepatnya, ya? Saya jadi teringat, awal menikah dulu, kami langsung tinggal di kontrakan dekat kantor saya. Jl. Bangka, Gang F. Sempit, tapi cukup untuk berdua. Lembab, tapi tak terlalu mengganggu. Ramai (lebih tepatnya: berisik), tapi saya jadi merasa 'aman' kalau ditinggal sendiri. Semua peralatan yang dihadiahkan kepada kami tidak ada yang dibuka, kecuali rice cooker. Masak nasi, panaskan lauk yang dibeli di warung. Setiap hari selama sekitar 4 bulan. Mencuci baju dengan tangan sendiri, dijemur di jemuran seadanya ala kontrakan. Menyapu dan mengepel lantai setiap hari, terutama sore hari sepulang kerja, supaya ketika ia pulang, rumah sudah harum dan bersih.



Image hosted by Photobucket.com



Suami salah seorang teman baik saya pernah berkomentar, "Kok si Vita bisa ya tinggal di situ?" Komentar itu ia lontarkan pada istrinya tepat setelah mereka berkunjung ke kontrakan saya. Dihidangkan dua gelas air putih dan snack seadanya, beralas tikar yang tak cukup memuat kami bertiga. Saat itu, suami sedang lembur di kantor. Saya menyambut mereka dengan tergopoh-gopoh, sebab sedang menjemur pakaian. Mereka datang tanpa memberitahu sebelumnya. Dengan cengar-cengir santai, saya pun menyambut hangat mereka. Pasangan yang juga baru menikah itu, tepat dua bulan setelah saya, celingak-celinguk memperhatikan seluruh isi 'rumah'.

"Kamu nyuci sendiri, Vit?"

"Iya lah...kan kasian suami, capek dia kerja sampe malem, Sabtu gini juga lembur kadang-kadang. Tapi kadang dia juga bantuin kok,"
jawab saya santai.

Ada gurat malu di wajah teman saya itu, dan sang suami pun melirik sambil tertawa. Saya tak perlu jelaskan artinya. Cukup saya pahami saja, dalam hati, sambil sesekali menyempatkan untuk memberi nasihat kecil padanya.



Image hosted by Photobucket.com



Kok bisa tinggal di situ? Sekarang ini, setelah hampir tiga bulan pindah ke kontrakan baru, saya beberapa kali sempat berpikir juga. Membanding-bandingkan apa yang ada dan tidak ada di kontrakan lama. Bagaimanapun, dulu saya pernah tinggal di sana, dan saya bisa melewati semua kesulitan dan keterbatasan itu. Bahkan dengan perasaan senang hati, bahwa saya bisa melakukan semua pekerjaan rumah tangga sendiri. Perasaan bangga dan haru itu benar-benar menyeruak. Saya lantas berpikir, bahwa kita pasti bisa untuk melewati setiap keadaan sulit yang hadir di kehidupan ini, bila ada niat dan kemauan keras untuk membuatnya terlewati. Alhamdulillah…

Sekarang, berkali-kali saya mengucap syukur dalam hati. Rencana kredit rumah, pindah ke tempat yang lebih baik lagi, beli lemari baju supaya tak lagi digantung-gantung di jemuran begitu selesai disetrika, menata komputer pemberian paman di mejanya, memiliki dapur yang lebih luas supaya tak tersandung-sandung saat memasak…ah, itu semua nanti saja. Mimpi yang akan diwujudkan perlahan, bila ada rezeki. Seorang sahabat saya di kantor berkali-kali mengomentari kontrakan saya yang sekarang, katanya tempatnya enak dan dekat dari kantor. Dengan kamar mandi yang jauh lebih bagus dari yang sebelumnya, dengan kamar kecil yang kini tertutup rapat dengan pintu, dengan ruang belakangan yang lebih lega sehingga bisa menyimpan barang-barang….


Image hosted by Photobucket.com



Ah, bagaimanapun, saya benar-benar bersyukur. Baru (akan) tujuh bulan perjalanan ini. Pasti masih akan banyak sekali kejutan-kejutan menanti di depan sana. Alhamdulillah….



2 comments:

Anonymous said...

hehe.. biar bagaimanapun kontrakan pertama paling berkesan ^ - ^. aku ajah udah 5 taun di jepang masih suka kst..st kontrakan mungil 6 taon lalu. di gang sempit, ramai, heboh deh.. tapi asik banyak jajanan ^ - ^.

DH Devita said...

iya ya... :-)
paling berkesan, dan gak bakal bisa dilupain kayaknya. ya iyalah...kan honeymoon-nya juga di situ...hehehehe....