Halaman

Tuesday, August 14, 2007

Tak Berhenti Memberi

Saya pernah merasakan sebuah titik jenuh dimana saya memutuskan untuk tidak berusaha untuk bersikap aktif seperti biasanya pada sebuah organisasi dimana saya bergabung di dalamnya. Biasanya, saya tidak bisa tinggal diam dan kadang malah agak keterlaluan dalam ‘memuntahkan’ ide-ide yang berputar di kepala saya. Rasanya akan lebih ‘plong’ bila saya menceritakannya kepada teman-teman di organisasi, walaupun konsekuensinya saya akan ditunjuk untuk mengetuai kegiatan ini atau bertanggung jawab atas tugas itu. Sama sekali tidak bermaksud untuk menyombongkan diri ataupun bertingkah ‘sok jagoan’. Melainkan saya hanya sering tak bisa mengendalikan diri saya yang kadang terlalu bersemangat untuk melakukan ini itu. Sebuah kelemahan saya, mungkin.

Suatu ketika, saya harus (sekali lagi) pindah rumah mengikuti suami yang diberikan rezeki untuk pindah bekerja ke perusahaan lain. Tidak masalah buat saya. Karena saya tahu bahwa di tempat yang baru saya tetap bisa bergabung dengan sebuah cabang organisasi yang telah menjadi tempat beraktivitas favorit saya selama dua tahun ini. Tentu saja, di kepala saya sudah berputar-putar berbagai ide untuk melakukan ini itu sesampainya saya di tempat baru. Semangat saya tumbuh seiring dengan harapan besar akan kemajuan diri saya di dalam organisasi tersebut nantinya

Ternyata, memang harapan tak pernah selalu seindah kenyataan. Saya agak terkejut dengan kondisi cabang organisasi tersebut. Kondisi anggota organisasi, pengurusnya, aktivitas organisasi, kegiatan-kegiatannya ... saya lantas membanding-bandingkan dengan cabang organisasi di tempat saya tinggal dulu. Jauh berbeda. Dan sebagai ’orang baru’, saya berusaha untuk ’tahu diri’ dengan tidak banyak berkomentar atau mengusulkan ide ini itu kepada para pengurus. Namanya sedang menyesuaikan diri di tempat baru, saya pun memutuskan untuk memerhatikan dulu kondisi di sekitar, nuansa baru yang saya terima di cabang organisasi tempat saya tinggal sekarang. Dan saya pun merasa jenuh. Bukan akibat terlalu padat kegiatan atau over loaded tugas, melainkan karena tidak ada kegiatan apa-apa, nyaris sama sekali. Lalu saya benar-benar merasa sangat kehilangan dengan segala kesibukan yang dulu pernah saya lakukan di organisasi tersebut. Seperti halnya sebuah pisau yang tak pernah dipakai, saya merasa ’tumpul’ sekali.

Tentang kondisi tersebut, terutama apa yang terjadi pada diri saya, seseorang pernah menanyakannya. Katanya, ”Kenapa bukan kamu saja yang memulai untuk mengadakan kegiatan?” dan pertanyaan bagus tersebut saya sambut dengan tidak antusias dengan menjawab sekenanya. Alasan tidak enak karena bukan pengurus, khawatir akan melangkahi wewenang ketua, jadi malas karena tiadanya semangat pada pengurus organisasi tersebut, dan sebagainya. Semua itu cukup untuk membuat diri saya berada pada titik stagnan selama beberapa bulan, dalam organisasi tersebut. Bila mengingat perjuangan saya untuk menjadi bagian darinya, hal yang saya lakukan tersebut memang sungguh konyol dan merugikan diri saya sendiri.

Akhirnya saya pun merasa tidak tahan dengan ’aksi diam’ yang saya lakukan tersebut. Saya mencoba untuk berinisiatif mengusulkan sebuah acara kecil-kecilan sebagai kegiatan kedua yang diselenggarakan oleh organisasi tersebut pada tahun ini. Dan, begitulah. Pekan demi pekan berlalu dengan semangat yang kembali menyala dalam benak saya, dan sepertinya juga pada para pengurus. Saya yang tadinya pesimis terhadap kinerja dan kepedulian pengurus organisasi tersebut, akhirnya merasakan bahwa sepertinya kami memiliki semangat dan kepedulian yang sama. Acara berlangsung cukup lancar, dengan kelegaan yang tersirat pada masing-masing raut wajah kami semua. Puas. Bukan terhadap hasil dari acara yang akhirnya terlaksana itu. Melainkan terhadap keberhasilan saya untuk mengalahkan keegoisan diri dan mungkin juga keangkuhan untuk bersikap tidak peduli pada awalnya. Tidak pernah ada kata terlambat. Dan saya kembali menyadari bahwa selalu menjadi yang memberikan sesuatu tidaklah jelek sama sekali. Bahkan kepuasan batin yang dirasakan tak mungkin hilang.

Satu hal yang menempati ruang hati saya sekarang. Bahwa bagaimanapun tidak kondusifnya kondisi lingkungan tempat kita berada, jangan pernah berhenti memberikan manfaat dan kebaikan. Hasilnya? Rasakan sendiri.

No comments: