Halaman

Thursday, March 03, 2005

Menggoreskan Cinta (di Munas I FLP)

Perasaan dan kedekatan pada seseorang biasanya akan muncul ketika ada suatu hal berkesan yang kita alami bersama dengan orang tersebut maupun tidak. Setiap orang berbeda mengalaminya. Ada yang merasakan ikatan hati ketika sudah menjalani tahun-tahun persahabatan, ada yang merasakannya seketika saat mengalami sebuah kejadian, ada pula yang begitu awal bertemu langsung terpaut hati.

Saya sendiri, pernah mengalami kesemuanya terhadap teman-teman yang saya miliki sekarang.

Akhir pekan kemarin, saat harus melewati weekend di Kaliurang, Yogyakarta. Momen yang tidak bisa dinikmati sebagai liburan, melainkan dua hari tak cukup tidur untuk menuntaskan tugas sebagai delegasi FLP Cabang Bekasi. Saya bertemu dengan banyak sekali orang, semuanya adalah penulis. Sebagian di antaranya adalah nama-nama yang sudah dikenal oleh peminat sastra dan fiksi Islami. Sebagian lagi adalah mereka yang sudah produktif menulis dan berprestasi pula. Sebagian lagi adalah para pengurus Forum Lingkar Pena berbagai cabang dan wilayah di seluruh Indonesia, dan juga perwakilan FLP dari luar negeri. Mereka semua orang-orang hebat, tidak saya ragukan lagi. Berjuang dengan pena, begitu istilahnya. Dan saya selalu jatuh hati dengan semangat yang saya dapatkan sejak bergabung dengan mereka, setiap kali melihat raut-raut penuh hasrat untuk makin mengibarkan komunitas tercinta ini.

Ramah dan hangat, adalah yang saya rasakan sejak tiba di Kaliurang. Padahal hanya beberapa orang yang saya kenal cukup dekat. Tapi di mata mereka semua ada cinta, dan sepertinya ia menyebarkan hangatnya ke semua. Saya sekamar dengan Muttaqwiati, seorang penulis yang sudah produktif sejak lama dan baru saja launching buku terbarunya. Mbak Titaq, begitu kami memanggilnya, langsung akrab menyapa saya dan mbak Rahma dengan sebutan ‘Dek’. Keakraban yang langsung terjalin walau belum lah banyak perbincangan di antara kami. Satu orang lagi teman sekamar saya adalah mbak Rofiah, perwakilan FLP dari Hongkong. Sosok yang selalu membuat saya kagum sejak menyaksikannya menerima anugerah PENA AWARDS untuk kategori FLP Wilayah terpuji. Sederhana, dan tutur kata serta binar matanya menyiratkan nyala semangat.

Saya bertemu Helvy Tiana Rosa, di ruang makan. Ketika itu saya dan satu orang delegasi dari FLP Bekasi sedang menikmati santap malam sebelum acara dimulai. Sedikit terkejut, saat tiba-tiba beliau menarik kursi di sebelah saya dan langsung duduk sambil tersenyum lebar. Saya membalas senyum dan menegurnya. Awalnya saya pikir ia tak mungkin ingat siapa kami berdua. Wajar saja, sebab tak seratus-dua ratus orang pastinya yang telah ia jumpai di acara-acara semacam ini. Namun ternyata perkiraan saya salah.

Saya merasakan hangatnya seorang Pipiet Senja, yang tiap kali bertemu dengannya saya selalu merasakan betapa ia bisa menularkan virus cinta dan semangat bagi tiap ‘adik-adiknya’ di forum ini. Sosok tegar nan ramah, dengan segenap latar dirinya yang saya tangkap bulat-bulat saat ia tiba-tiba saja bercerita mengenai seluk dalam hati dan pikirnya yang tak saya ketahui sebelumnya. Saya nyaris terperangah sambil berusaha mengeluarkan ekspresi serta kata-kata yang tepat. Belum tuntas usaha saya memahami apa yang baru saja saya dengar darinya, dan pelukan hangat serta ciuman di kedua pipi secepat kilat menggentarkan hati saya. Ah, teh, bukankah seharusnya saya yang memberikannya padamu?

Berjam-jam di sana kami lewati tanpa lepas dari lelah. Rasanya begitu banyak hal yang harus diselesaikan, dan tidak lah sempat untuk bersenang-senang menikmati libur akhir pekan. Dua hari memang waktu yang tak lama, dan ia menjadi titik tolak perjalanan forum yang kami cintai ini.

Ketegangan terjadi hampir di sepanjang perjalanan sidang-sidang komisi, pleno, serta pemilihan. Wajah-wajah nyaris kuyu dan lusuh namun binar cinta itu masih membayang di pelupuk mata para peserta. Dinginnya udara Kaliurang mulai sejak pagi hingga malam yang meninggi tak juga menghentikan pembahasan demi pembahasan yang seolah tiada habisnya. Pengarahan, komentar, argumentasi, celetukan ringan, gelak tawa, sorak-sorai saat ice breaking –yang diadakan secara spontan-menengahi letih yang terus menyerang padahal belum usai tugas kami malam itu. Kelelahan itu rasanya terbayar seketika saya menyaksikan kesungguhan semua delegasi mengikuti acara hingga dini hari. Mata yang semakin berat berkali-kali kembali segar mendapati seorang Izzatul Jannah seakan tak ada letihnya meneliti dan mengoreksi draft panjang itu. Kantuk pun tersentak berulang kali ketika telinga ini menangkap sanggahan penuh semangat dari peserta. Pertemuan itu, menggoreskan sedih dan sedikit sesal di hati saya, sebab tak banyak hal yang dapat saya bawa dan tuangkan dalam sekian sidang yang saya hadiri.

Gemas rasanya, sebab hampir dua hari di sana namun saya tak berhasil mengenal satu per satu dari mereka, orang-orang hebat yang ingin sekali saya masukkan ke dalam lingkaran terdalam dari hidup saya. Mereka yang seolah menjadikan kecintaan terhadap FLP sebagai nafas yang tak henti.

Munas I Forum Lingkar Pena telah lewat. Masing-masing delegasi telah membawa pulang dalam hati dan pikiran mereka sebentuk cinta yang telah tertanam, saya yakin. Perkenalan-perkenalan singkat itu memang rasanya tak mampu menyimpan semua kesan ke dalam memori. Namun tatap ramah, senyum, suara bersemangat yang senantiasa mewarnai dua hari saya di Kaliurang, membuat saya merasakan bahwa ikatan ini telah terjalin sejak lama. Rasanya pertemuan kali itu bukanlah yang pertama. Ah, mereka memang seperti magnet yang ‘memaksa’ saya untuk menggoreskan cinta. Bukan hanya menengadahkan tangan menerima.


2 Maret 2005
Mengenang dua hari di Kaliurang

4 comments:

DH Devita said...

iya nih...alhamdulillah...dibela2in supaya bisa ikut! hehehe

Anonymous said...

alooo dek vita chayaaank?
ini teteh lagi ada waktu kotak-katik internet mumpung lagi di GIP
deuuuuh... teteh jadi haru banget dengan komenmu tentang diriku
saat itu teteh lagi ringkih banget2 tapi masih bisa ketawa-ketiwi kali ya keliatannya dari luar, padahal di dalam sini...
dek, dikau mengingatkanku pada semangat juangku sebaya dirimu di bandung dulu, oke, semangaaat nuliiis terus ya!
teteh pipiet senja, luv!

Anonymous said...

waaah... lupa tadi nulis namaku kudunya di temopatnya yah
dasar atuh teteh mah meuni gaptek mulu yah... hehe... punten udah nimbrung aja neh

DH Devita said...

duh, teteh cayank...hihihi...
senengnya, akhirnya dibaca juga sama si teteh...

keep on fighting ya, teh...teteh salah satu sumber inspirasi yang selalu bisa ngasih spirit buat aku...