Halaman

Tuesday, December 14, 2004

Kekuatan Itu

Selalu ada kekuatan yang terlihat dari pancaran raut wajah, yang senantiasa mengalirkan kekuatan, serta berlandaskan iman dan menghembuskan semangat, dimana tanpanya tidak sempurna iman seseorang. Kekuatan itu bersumber dari perasaan mencintai saudara selayaknya cinta itu kita curahkan kepada diri kita sendiri.

Teringat perkataan seorang sahabat, yang kerap membuat hati ini menjadi haru saat mengingatnya. Bahwa ia merasakan kekuatan yang bertambah ketika tiba di tempat di mana saudara-saudaranya berada. Walau dalam diam. Walau tanpa sapa. Rasanya seperti bertambah kuat beberapa kali lipat, katanya. Saat hati ini kering, mungkin penat sudah menjadi tak berasa lagi, memandang wajah atau mendapati sosok-sosok tersebut adalah sebuah aliran energi yang bisa mengguyur kekeringan itu. Subhanallah…indah. Kalau memang hal itu bisa dirasakan oleh setiap diri kita, begitu pikir saya waktu itu. Mungkin beberapa di antara kita akan berkomentar “yah..begitulah keindahan ukhuwah islamiyah..” atau “itulah kelebihan persaudaraan dalam Islam”. Dan komentar lain yang serupa yang menyiratkan kepiawaian dalam mengenal kata ukhuwah tersebut. Sebuah topik yang menjadi awalan pembicaraan ketika seseorang mulai mengenal Islam lebih jauh, sebuah topik yang akan terlontar dengan ringan untuk selanjutnya sebagai keyakinan akan sebuah kekuatan.

Baru-baru ini seorang sahabat merasakan kehilangan seorang yang sangat ia cintai. Ibunda tercinta. Diringi dengan tekad ingin menunaikan haknya, saya pun datang ke rumahnya untuk bertakziyah. Mulanya saya tidak merasakan apapun kecuali empati akan apa yang mungkin ia rasakan, dan juga keinginan unuk menambah kekuatan padanya dengan kehadiran di sisinya.

Ketika berada di rumah duka, saya baru menyadari begitu banyaknya jumlah teman-teman yang datang. Sebagian besar saya kenal, mereka adalah teman-teman dari kampus. Saya jadi saya teringat kejadian malam sebelumnya. Ketika telepon di rumah tidak berhenti berdering hingga tengah malam. Mengabarkan berita duka, menyebarkan berita tersebut, membuat janji untuk takziyah. Keesokan paginya, mulai habis subuh hingga sekitar satu setengah jam berikutnya terjadi hal yang sama. Saya menelpon, atau ditelpon untuk saling memberi kabar dan membuat janji. Pada saat itu, saya tidak berpikir apa-apa. Toh hal itu sudah biasa terjadi. Hingga kedua orang tua saya bertanya dan saling berkomentar dengan nada keheranan, untuk apa semua kesibukan ini. Seketika saya tersadar, bahwa itu semua tak kan terjadi melainkan karena cinta.

Kekuatan itu memang tampil sederhana. Kebiasaannya menyelip di sela-sela kata yang kita ucapkan, atau kalimat-kalimat yang senantiasa kita lontarkan, yang sedemikian rupa menjadi sebentuk keyakinan bahwa ia menggetarkan. Ia adalah rahmat, maka bersyukurlah ketika kita dapat merasakan keindahannya yang hanya dapat dinikmati dengan kebeningan hati.

”Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan kecintaan kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam dakwah-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatannya, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukilah jalannya, dan penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar…”

Januari 17th 2002
Untuk semua sahabat, semoga hati-hati kita selalu tergenang dalam cinta….

No comments: