Halaman

Tuesday, June 10, 2008

Mengawali Sebuah Perubahan

Setiap manusia pastinya menginginkan segala sesuatu yang terbaik yang terjadi pada dirinya. Dan bila sesuatu yang baik sudah terjadi, di kemudian hari ia akan menginginkan hal yang lebih baik dari sebelumnya. Begitu terus berjalan, setiap orang memang pasti menginginkan perubahan untuk kebaikan.

Suatu ketika, saya berada pada lingkungan yang sangat kondusif untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Artinya, cukup banyak orang yang berpotensi untuk melakukan perubahan, dan sebagian besar masyarakat terlihat antusias dengan keberadaan orang-orang tersebut yang sepertinya bisa menjadi bagian dari ‘penolong’ masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Subhanallah … tak terbayang betapa besar manfaat yang bisa diberikan lingkungan kecil itu kepada masyarakat luas.

Kondisi tersebut pastinya memberikan harapan lebih sekaligus bisa menjadi ranjau bagi mereka. Harapan lebih untuk bisa berbuat lebih banyak untuk masyarakat, melihat tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi. Sekaligus ranjau berbahaya, yaitu kesombongan yang bisa jadi menyelip di antara ruang keikhlasan yang selama ini dibangun dengan susah payah. Yaitu dalam wujud perasaan ‘akan mendapat dukungan besar’, ‘rencana pasti berhasil’, dan ‘semua di tangan kita’. Bukankah kita seharusnya menyadari, bahwa kesombongan adalah awal dari kehancuran? Sedangkan tak ada yang patut kita sombongkan dari diri kita, sebab tak mungkin kesempurnaan itu kita miliki.

Sebuah masalah kembali muncul, ketika orang-orang yang memiliki potensi sebagai perubah tidak mau berbuat apa-apa, bersikap pasif, dan mengurungkan niat untuk menyebarkan kebaikan. Entah dengan alasan mendahulukan yang lain, sungkan, tidak mampu menyampaikan dengan baik, dan seribu alasan lainnya. Sesungguhnya, bersikap demikian hanya akan menjadikan potensi yang sudah dikaruniakan Allah tersebut terkubur sia-sia, tanpa bisa dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Menumpulkan pisau tajam dengan sengaja.

Bukankah Allah akan membukakan pintu perubahan bagi sebuah kaum apabila kaum tersebut mau berupaya untuk berubah? Artinya tidak mungkin turun hujan uang dari langit, dan tidak mungkin pula kesuksesan didulang tanpa kerja keras dan doa panjang dipanjatkan. Dan sungguh sayang, apabila terdapat sekumpulan orang yang memiliki kompetensi untuk melakukan perubahan dalam masyarakatnya, namun bungkam tak mau berkata dan bertindak apapun.

Lantas saya bertanya pada diri sendiri, termasuk dalam bagian yang manakah diri saya? Seseorang yang mampu berbuat, tetapi kemudian tergelincir dalam kesombongan yang tidak pada tempatnya? Atau seseorang yang mampu berbuat, tetapi tenggelam dalam kemalasan untuk berupaya mengubah keadaan dikarenakan berbagai alasan yang berasal dari syahwat untuk menyenangkan diri sendiri. Semoga tidak keduanya. Semoga Allah berkenan untuk selalu menempatkan diri saya dan Anda semua ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa berikhtiar, mengawali setiap perubahan ke arah yang baik, dan selalu bersemangat untuk menebarkan manfaat kepada masyarakat.

Dan setiap peristiwa pasti menyisakan hikmah untuk dipelajari. Jika diri kita adalah seseorang yang dapat menangkapnya, alangkah sangat bermanfaat jika kemudian kita sebarkan pada yang lain. Sehingga kebaikan itu terus menyebar dan mengawali sebuah perubahan lagi.

Sambil merenungkan kejadian semalam ...

1 comment:

Anonymous said...

Duh tulisan Mba Devita begitu memberikan semangat untuk berbuat, menebarkan kebaikan.
Semoga sayapun bisa seperti Mba Devita.

Terimakasih tulisannya.