Halaman

Saturday, June 07, 2008

Si Kutu Buku yang Lucu

Sewaktu saya kecil, saya bisa dikatakan adalah seorang ‘kutu buku’ cerita. Masih ingat tulisan saya dalam rubrik SMS yang lalu tentang Si Noddy? Ya, seperti itulah. Bila sedang berhadapan dengan buku-buku cerita, terutama yang bergambar, saya bisa ‘lupa segalanya’. Istilah yang sering dilontarkan oleh ibu saya terhadap kebiasaan saya tersebut adalah ‘lupa dunia’. Yah, istilah ‘kutu buku’ seringkali diidentikkan dengan seseorang yang maniak baca buku, dengan kaca mata tebal bertengger di atas hidung, dan penampilan yang nerd alias aneh. Tapi masa sih anak kecil seperti saya dulu juga diistilahkan dengan ‘kutu buku’ bila penjelasannya seperti itu? Yah, mungkin bisa juga. Kutu buku yang lucu.

Apa hubungannya dengan teknik menulis? Tentu ada. Sekarang ini, ketika saya sedang memacu diri untuk lebih produktif menulis, sedikitnya saya merasakan manfaat besar dari kegemaran membaca (yang kini sudah meningkat, tidak lagi hanya membaca buku komik saja). Apa saja? Daya imajinasi yang berkembang, referensi atas berbagai hal yang bisa didapat dari buku fiksi maupun non fiksi, gaya menulis yang berbeda dari tiap pengarang, dan kekayaan bahasa. Nah! Yang terakhir ini, yang menurut saya akan membuat seorang penulis bisa menghasilkan karya-karya yang ‘kaya’. Kaya isi, kaya makna, kaya kosa kata, dan sebagainya. Tulisan yang tidak berisi kalimat-kalimat membosankan yang akan membuat pembacanya mengantuk atau malah melempar bukunya di sudut rak hingga tak terbaca lagi di kemudian hari. Tulisan yang membuat pembacanya terkagum-kagum akan keindahan, keunikan, dan berbagai istilah lain yang bisa menggambarkan bahwa si penulis adalah seseorang yang ‘cerdas’, ‘terampil’, serta ‘kaya bahasa’. Sampai di sini, sepertinya saya kesulitan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan lebih jauh tentang diksi. DIKSI. Sudah pernah dengar?

Pada sebuah kesempatan kegiatan SMS khusus pengurus, kami sempat melakukan simulasi sederhana tentang diksi. Masing-masing menuliskan satu paragraf tulisan fiksi, dan syaratnya adalah tidak boleh membuat pembacanya bosan dengan paragraf yang telah ditulis tersebut. Simulasi sekenanya yang sebenarnya hanya bertujuan untuk memacu masing-masing dari kami untuk memperkaya kosa kata yang dimiliki, sehingga ketika menulis tidak lagi ada kata ‘stagnan’, ‘kehabisan kata-kata’, atau apalah. Ada beberapa yang cukup berhasil, ada juga yang masih terpaku pada kalimat-kalimat klise atau malah terlalu kaku seperti bukan sebuah tulisan fiksi. Satu pertemuan singkat tersebut memang tidak mungkin akan membuat seorang penulis langsung pandai dan memiliki diksi yang ‘kaya’, kalau boleh saya katakan begitu. Karena, sekali lagi menurut saya, kekayaan kosa kata serta keragaman gaya bahasa bisa dimiliki apabila kita rajin mengumpulkan ilmunya sejak lama. Melalui proses yang dinamakan: membaca.

Kenal dengan Karl May? Beliau adalah pengarang novel Winnetou yang terkenal itu dan juga beberapa judul novel yang mendunia. Favorit saya adalah novel yang berjudul “Dan Damai di Bumi”, sebuah novel tebal yang sangat indah dari segi bahasa. Kalau boleh ber-hiperbola, saya akan mengatakannya: menakjubkan. Saya bisa mendapati satu paragraf yang panjangnya hampir satu halaman, yang isinya adalah sebuah dialog yang ditulis begitu indah, penuh kata-kata yang tidak biasa didapati dalam bacaan lain, walaupun hanya untuk mengungkapkan sebuah makna sederhana. Saya yakin, si penerjemah buku turut andil dalam membahasakan teks aslinya dengan nyaris sempurna. Atau pengarang asli Indonesia Remy Silado, yang begitu detail dalam mendeskripsikan latar tulisan, yang membuat pembacanya seolah-olah berada tepat di lokasi peristiwa. Atau J.K Rowling dengan Harry Potter-nya? Pasti masih banyak lagi. Saya yakin, disamping imajinasi yang kuat, tentu para penulis tersebut adalah para ‘kutu buku’ yang senang melahap berbagai buku sebagai modal kesuksesan mereka.

Jadi, membacalah! Karena membaca bisa memperkaya tulisanmu. Dan belilah buku! Karena membeli buku berarti menabung ilmu. Bagi Anda, para orang tua, membiasakan anak-anak membaca sejak dini tak pernah rugi. Mereka akan menjadi ‘para kutu buku yang lucu’, yang nantinya bisa merambah dunia dengan ilmu yang mereka punya, atau bahkan dengan tulisannya!

[artikel ini dimuat dalam rubrik SMS pada buletin MEMORI FLP Sengata]

No comments: