Halaman

Monday, June 09, 2008

Pernikahan Itu ...

Selama ini saya selalu berpikir bahwa menjadi seorang ibu tidaklah mudah. Maka tidak heran jika ada sebagian perempuan yang menunda pernikahan atau bahkan bersikap enggan bila membicarakan urusan pernikahan karena alasan yang satu. Sudah jelas, menikah dengan seseorang akan membawa langkah ini ke tahap berikutnya, yaitu menjadi ibu dari anak-anak si lelaki tercinta.

Tapi ada juga yang berpikir sebaliknya. Ia dengan kesadaran penuh begitu bersemangat untuk menjadi seorang istri dan ibu nantinya. Bahkan sedari usianya baru beranjak dari 20-an. Seperti teman saya Anggi. Dulu, di tingkat pertama perkuliahan, saya selalu terheran-heran sekaligus kagum dengan semangatnya itu. Bahkan kadang saya jadi 'takut' sendiri, dan kadang suka menghindar dari dirinya yang tengah berbinar-binar membicarakan rencana ini-itu seputar pernikahan.

Bagi saya, ini semua masalah kesiapan. Dan soal kesiapan adalah satu hal yang bercampur-baur dengan berbagai hal lainnya, seperti pola asuh yang diterapkan orang tua kita, pengalaman pribadi dengan berbagai hal seputar pernikahan, atau persepsi yang terbentuk dari berbagai informasi yang diterima, dan sebagainya. Dan ini juga masalah pilihan. Pilihan untuk menetapkan target waktu untuk menikah, atau kriteria si calon pendamping hidup, dan lain-lain. Rumit? Bisa iya, bisa tidak.

Begitulah hidup. Sebagiannya adalah mengenai pilihan-pilihan. Dan saya mendapati teman-teman perempuan saya mengalami hal-hal yang berbeda mengenai pernikahan. Yang membawa pikiran saya melayang sejenak ke saat dulu saya menetapkan bahwa 'saya akan menikah'. Bagi saya, mencari pendamping hidup dan kemudian menjalani kehidupan pernikahan membutuhkan konsentrasi penuh. Dan tentu saja berbekal kesiapan mental dan material. Bagaimanapun, saya menyadari bahwa saya tidak hanya akan menjalani 'keindahan' pernikahan saja, tetapi juga pernak-pernik lain yang mungkin terjadi. Pada saya, suami saya, keluarga besar kami, dan juga anak-anak kami nantinya. Rasa takut pasti ada. Tapi ketika saya sudah berikhtiar sebaik yang saya bisa untuk mendapatkan yang terbaik disertai dengan memasrahkan diri pada-Nya dan meraih ridho orang tua, hati saya menjadi lebih tenang.

Kembali tentang menjadi seorang ibu. Siapapun, pastinya akan mendapati pengalaman berbeda untuk yang satu ini. Dan percayalah, tidak ada yang akan bisa menjadi 'super woman' dalam hidupnya. Ketika dulu bisa teratur dan perfect menjaga kerapian rumah, menyenangkan hati suami, melakukan semuanya sesempurna mungkin, tapi setelah hadir bidadari dan jagoan kecil, tampaknya 'kesempurnaan' itu akan menjadi semakin sulit dilakukan. Setidaknya butuh upaya ekstra keras, karena perhatian akan terbagi-bagi. Satu hal yang menjadi pernik unik yang akan ditemui setiap istri pastinya.

Dan ada saja teman saya yang akhirnya ragu dan berpikir berkali-kali dulu sebelum memastikan diri siap menjalaninya, karena pengalaman yang satu itu. Apalagi jika kini ia sedang asyik tenggelam dalam pekerjaannya yang mapan, segudang kegiatannya di luar kantor, dan lain-lain alasannya. Saya paling hanya tersenyum-senyum dan menggeleng-geleng. Yah, setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Dan setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Kadang sepertinya kita perlu menentukan saja dengan 'nekat' pilihan hidup kita, berbekal sedikit keberanian dan pemikiran matang tentunya. Masalah apa yang dihadapi kemudian, hadapilah saja.

Untuk pernikahan, kadar 'nekat' yang saya maksudkan pastinya tidak 100% 'nekat'. Alias sebaiknya punya persiapan-persiapan yang riil, sebab hidup tak bisa hanya bermodalkan cinta dan keinginan saja. Bukankah begitu? Setidaknya bagi saya.

Panjang juga cerita saya tentang yang satu ini. Yah, usia pernikahan saya baru beranjak dari tahun ke 3, lebih beberapa bulan. Belum ada apa-apanya. Dan saya dan suami masih sangat bersemangat menjelajahi tempat-tempat lain selain kota kelahiran untuk mencari pernak-pernik baru. Semoga ada rezeki dan izin Allah. Amiin...

5 comments:

Anonymous said...

pernikahan merupakan salah satu yang harus dilaksanakan dalam perjalan hidup ini... jadi biasa-lah, seperti yang lain-lain-nya dalam hidup ini, kagak ada yang aneh bro...

DH Devita said...

trims tanggapannya.
ya, betul. nggak ada yang aneh. hanya selalu menarik untuk dibahas. :-)

Anonymous said...

Sudah jelas! Rumah Tangga adalah pilar utama daripada Masyarakat kita. Jika rumah tangga baik, maka Insya Alloh Masyarakat akan baik pula... Alangkah indahnya negeri ini jika setiap rumah tangga yang ada semuanya baik, tentram, nyaman dan bahagia. Semoga!

DH Devita said...

Jazakallah khairan katsiran atas tanggapannya, ustadz alim :)

Semoga Allah senantiasa memberikan nikmat kebaikan dalam setiap usaha kita menjadikan keluarga sebagai jalan menuju surga. Amin

Cahya Nurlita said...

Semuanya kembali kepada beberapa hal yang menjadi komitmen sebelum pernikahan,yaitu, saling percaya, saling menjaga, dan mencintai/mengasihi